Hujan itu momentum saksi di awalinya
kisah ini. Aku sedang berjalan di tepian membiarkan diriku di guyur hujan.
Langkah ku sengaja berhenti di depan sebuah caffe. Di hari yang sama dengan
tahun yang berbeda kembali ketiga tahun lalu, di hari ini pungung itu masih
duduk disitu membelakangi jalan dengan secangkir kopi hitam. Masih pungung yang
sama seperti tiga tahun lalu.
Tiga tahun lalu 27 Desember 2013
grimis hujan menguyur daratan ibu kota Jakarta aku menyempatkan diri mampir di
caffe pinggir jalan untuk sekedar menghangatkan badan. Suasana caffe lumayan
rame setelah memesan secangkir capucino aku mengambil duduk dekat jendela pas
menghadap jalan. Sangat menyenangkan memandang hujan sambal meminum kopi di
tambah alunan music korea dari iphone ku. Aku sedang bersenandung kecil
mengikuti alunan music di hp ku, aku melihat sebuah hardisk di atas meja yang
ku tempati, ku amati hardisk itu, sepertinya hardisk mahal. Ku ingat seorang
pemuda yang tadi duduk di meja ini tepat sebelum aku, dia membawa hardisk raut
wajahnya tampak serius waktu meninggalkan caffe. Aku yakin hardisk ini berisi
sesuatu yang penting.
Aku buru-buru keluar caffe aku yakin
orang itu tidak jauh. Pemuda dengan kaos mancaster united dan jam tangan merah.
Benar sekali pria itu berjalan kembali ke arah caffe, aku melambai-lambaikan
tangan ku. Aku berjalan menghampirinya.
“lagi cari ini?” aku menyodorkan
hardisk itu, wajahnya begitu sumringah begitu menerima hardisk itu
“terima kasih ya mbk”
“sama-sama”
“anak USH(Universitas Seokarno Hatta)
juga?” tanyanya begitu melihat ku menenteng jas abu-abu jas almamater kampus ku
“iya baru semester satu”
“kita satu angkatan, fakuntas apa?”
“soshum, kamu?”
“kedokteran”
“oh, ya sudah kalua gitu aku balik
dulu”
“sampai ketemu di kampus”
Masih teringat jelas kala it ugaris wajahnya yang lembut dan mata
itu bersinar dan sampai sekarang mata itu tetap bersinar tapi sinarnya membias
bersama waktu.
Sekarang dia masih duduk di tempat
yang sama. Menunya pun masih sama seperti tiga tahun yang lalu secangkir kopi
hitam. Sejak insiden itu aku dan dia kerap vertemu di caffe ini untuk sekedar
minum kopi dan membicarakan banyak hal. Dia yang cerdas dan berwawasan luas,
calon dokter yang bersahaja. Pemuda yang hebat kemarin baru saja dia membuka
distro di kawasan blok M dan aku di
undang menghadiri launchingnya. Dia juga hobby traveling, katanya dengan
traveling membatu kita mensyukuri dan menyadari bahwa alam juga bersama kita.
Kursi dekat jendela itu saksi cerita
ku dan dia. Seolah semua tahu kursi itu singah sanah raja dan ratu tidak ada
yang menduduki kursi itu selain aku dan dia. Dan masa ini dia masih tetap di
sana, di singah sanahnya. Memakai kemeja biru muda. Dia kerap kali menunggu ku
selessai kuliah mengajaknya masuk dengan dunianya memperkenalkannya dengan apa
yang ia suka dana pa yang tidak ia suka. Dia suka futsal, dia suka tidur malam
di akhir pecan, dia akan bangun di atas jam 9 pagi jika hari libur, dia suka
music reggae dan SKA, dokter rock and roll. Dia tidak suka di usik ketika
sedang serius, dia tidak suka anak manja, dia tidak suka ada yang melarangnya
melakukan hal yang ia sukai, dia mood marker. Dia suka warna biru dan hitam,
dia suka celana pensil dan skater, item yang ia sukai kaca maa dan topi coboy
serta sepatu. Dia juga suka sholat.
Dia dan aku sama-sama menyukai
puisi, bedanya puisi yang ia tulis berakhir di kepingan lagu sedangkan aku
berakhir di madding kampus atau bulletin kapus. Dia seing membacakan ku puisi
di caffe itu mendengarkannya seperti lagu dari surge, puisi karyanya lembut
menenangkan syaraf. Aku selalu tersipu saat dia melantunkan bait-bait puisinya,
seperti diajaknya benar-benar terbang. Aku juga melakukan hal yang sama. Dia
akan jadi orang pertama yang membaca karya ku. Stelah itu dia akan
mengacak-acak rambutku penuh saying. Di caffe itu juga.
31 maret 2014 ulang tahun ku yang ke
18. Benar-benar aku sangat bersemangat aku akan menjadi manusia baru pagi ini.
Di kampus teman-teman ku mengadakan pesta kejutan untuk ku, aku bahagia tapi
terasa kurang karna ketidak hadirannya. Dia tidak menjemputku aku tunggu di
caffe dia tidak dating, aku cari cari di distro juga tidak ada, mungkin dia ada
jam kuliah tambahan. Aku mencoba mengusir rasa takut ku, mencoba berfikir
positif bahwa dia benar-benar sibuk atau sedang menyiapkan kejutan untuk ku.
Aku takut dia pergi. Aku mengadakan tasyakuran kecil-kecilan di caffe itu dia
juga tidak dating. Aku sampai rumah pukul 11.00 malam jalan menuju perumahan ku
becek bias-bias sisa hujan tadi masih tersisa, aroma hujan juga masih terasa.
Badan ku capek sekaligus bahagia kesedihan juga masih menyelimuti ku, setelah
memarkir mobil di garasi satpam penjaga rumah ku menghampiri ku.
“mbk ada kiriman” pak parno
menyodorkan bingkisan yang di balut kertas berwarna hitam gelap
“dari siapa pak?” ku tanya dengan nada
penasaran
“saya kurang tahu mbk, dia tadi
nunggu di depan rumah lama banget sampek kehujanan, saya ajak masuk dia nggak
mau katanya nunggu mbk pulang”
“cowok apa cewek?”
“cowok, dia putih tingginya kayak
mbk, pakek kaos biru. Mobilnya honda brio” pak parno menyebutkan ciri-cirinya.
Aku terkejut dia benar memberikan
kejutan. Setelah menerima bingkisan itu aku bergegas ke kamar mencoba menelfon
dia tapi tidak kunjung di angkat. Aku semakin khawatir. Bungkusan itu masih
utuh di tangan ku, aku tak akan membukanya sebelum aku mengetahui kabarnya.
Akhirnya telfon ku di angkat juga olehnya. Suaranya seperti orang terkena flu,
meskipun begitu dia masih sempat membacakan puisi selamat ulang tahun karya
Dee. Aku terharu di buatnya. Setelah menghabiskan sepanjang malam mendengarkan
suaranya baru ku buka kado darinya sebuah miniature personil boy band favorite
ku miniature park jimin BTS. Malam ini aku tidur tenang dan sangat bahagia
karna dia. Dan virus bahagianya masih menjangkit sampai saat ini.
Aku masih berdiri membatu di depan
caffe menikamti siluet pungungnya sudah membuat ku cukup bahagia. Aku masih
belum siap untuk melangkahkan kaki ku kedalam, aku takut jika bukan aku yang ia
tunggu. Kemeja yang ia kenakan saat ini memutar filmyang lalu tentang kita.
Saat ulang tahunnya yang ke 20 pada tanggal 12 april 2016. Dia mengadakan mini
party di caffe, sepertinya aku terlambat acara pembukaan sudah di mulai. Coba
lihat wajah manisnya belepotan cream. Di singah sanah kami sudah berkumpul
teman-temannya dan kursi itu masih kosong khusus untuk ku. Benar-benar seperti
dongeng. Kami bercanda bersama, teman-temannya dari banyak kalangan bukan hanay
mahasisawa kedokteran saja. Ternyata caffe ini sudah di boking khusus acara
ulang tahunnya. Di tengah-tengah acara dia menarik ku keluar dengan wajahnya
yang masih belepotan cream.
“aku punya kejutan” bisiknya. Dia
menaiki ninja 150RR sepertinya itu baru
“hadiah ulang tahun dari papa”
ujarnya memecah kekepoan ku.
Aku mulai naik di boncengannya. Motornya berjalan kea rah bandung,
kami menikamati semilir angina berdua. Aku tidak tanya akan kemana aku tahu dia
anak baik dan yang terpenting aku selalu bersamanya. Tib-tiba hujan turun
deras. Dia meminggirkan motornya dan kami berteduh di depan teras sebuah took
“berteduh dulu ya… aku nggak bawa
mantel” dia memeluk ku dari samping agar aku merasa hangat. Aku yang hanya
memakai kaos casual bergambar Minnie mouse warna pink merasa kedinginan, aku
mengigil pelan. Dia melepas kemeja biru mudanya dan di kenakan pada ku, dia
hanya memakai kaos polos hitam.
“maaf ya… lupa nggak bawa jaket, nggak tahu
kalua bakal kayak gini” ujarnya sambal mengeratkan
dekapannya. Aku tersenyum, kepalaku bersandar di pundaknya. Dan aku ingin waktu
berhenti di sini.
“kamu tahu nggak kalu hujan punya
peri?”
“nggak” jawabnya
“aku kasih tahu ya, ada dongeng
tentang hujan konon katanya setiap tetesan hujan adalah peri-peri tuhan yang
turun dia akan membagikan senyum-senyum kebahagiaan untuk mereka yang mau
bermain di bawah derasnya hujan. Dan aku percaya itu. Dan aku suka hujan.” Ujar
ku padanya.
Mataku menerawang ke depan seolah aku berbicara pad hujan bahwa aku
sangat bahagia bias menikmati hujan bersama dia di sisi ku meski tidak bermain
di bawah derasnya hujan.
“tapi kali ini kita tidak akan
bermain di bawah hujan. Aku nggak mau. Nanti kamu sakit, nggak ada yang jagain
aku kalua kamu sakit”
Matanya menatap ku lekat dia bersungguh-sungguh ats ucapannya. Kami
menunggu hingga hujan benar reda. Dan dia dengan kemeja biru muda duduk disitu,
tidak pernah tahu di balik pungungnya ada seorang gadis yang menunggunya yang
takut untuk melangkah menemuinya.
Dia hanya sebuah pungung. Pungung
yang nyaman,hangat,tegar. Pungung yang menyimpan cerita. Pungung yang ingin ku
rengkuh selamanya. Pungung yang menyimpan kenangan. Hingga kisah kami menjadi
sebuah kenangan. Hingga dia tiba-tiba pergi, hingga dia tak pernah hadir lagi
di caffe ini, hinggah singah sanah kami di tempati orang lain. Dia tidak pernah
kembali. Bagaimana aku saat itu jangan tanya? Aku sedih, aku kacau. Aku selalu
menunggunya di sini setiap hari. Hingga pada akhirnya aku jenuh dan memilih
pergi. Jika dia ingin kembali, dia tahu kemana harus mencari ku.
Hingga pagi ini ku dapati pungung
itu duduk kembali di singah sanahnya. Dengan menu yang sama tanpa ratu di hadapannya.
Tangan ku menempel pada kaca, meresapi itukah dirinya. Dia yang ku rindukan,
dia yang ingin ku dekap kembali. Ku beranikan diri ku memasuki caffe itu,
menerobos pilar-pilar waktu yang telah lam ku belakangi. Dan aku mulai
memasukinya
“david” ku panggil
namanya untuk pertama kali setelah sekian lam nama itu terkubur. Selama tiga
tahun lamanya nama indah itu baru bangkit hari ini. Dia sama terkejutnya, dia
stagnan ku harap untuk selamanya. Tapi… dia berdiri bukan untuk memeluk ku tapi
untuk melangkah pergi entah mungkin lebih jauh. Dan caffe ini kehilangan satu
kisahnya, kisah ku dan dia. Kami tak pernah kesini. Terima kasih caffe 002
pernah menyimpan cerita ku dan dia. 22;48 selesai. Aku pulang.
Wynn Casino Resort - MapYRO
ReplyDeleteWynn Resort offers 4,748 spacious 전라북도 출장안마 hotel rooms and 시흥 출장안마 suites, approximately 192,000 square feet of 정읍 출장샵 casino gaming and hospitality. The 거제 출장샵 resort's 11,000 square-foot 영주 출장샵