Mantra ?
18
Apr 2015
Edc : Selamat ulang
Tahun.. Pangeran .maap aku telat J
Langit di atas atap ini masih
sama. Udara khas yang selalu membuatku berkeringat pun tak berubah. Semuanya
masih hidup, tapi aku sudah mati.
Aku melihatnya seperti sebuah
cermin, dia seperti bayanganku sendiri. Seperempat hangat nafasku ini bahkan
pernah menjadi miliknya.
Terkadang aku menyesal kenapa
tidak menatapnya sebagai batu. Supaya tidak perlu melihat aku ada padanya.
Supaya tidak perlu merasa aneh jika kaca itu retak atau pecah dan bayanganku
berubah.
Aku menatap sebuah kursi kayu
tempat kita berbagi.
Kau menyapaku ringan,tapi
terdengar berat.
Kau ulum senyummu yang selalu
kurindukan.
Kau berikan binaran matamu yang
cerah dan kuharapkan ada untukku setiap saat.
Aku egois kau sebut sebuah nama
yang selama ribuan atau milyaran waktu kau lupakan, sejenak, berharap
selamanya. Lidahmu kelu.
“aku tanpamu bukan aku. Tapi
kamu tanpa aku tetap kamu”.
Ku rapalkan mantra itu
berkali-kali.
Dan saat ku tatap kembali kursi
kayu di ujung sana.
Aku tak mendapati kau lagi yang
duduk dengan senyummu, binaran matamu, sebuah buku yang kau bawa kemanapun, dan
kotak pensil hijau tosca kesayanganmu. Aku tak mendapati itu semua. Bangku itu
kosong. Tak ada lagi sang ratu yang menduduki singgasananya.
Bangku itu sudah kosong sejak
beberapa hari lalu.
Apakah kau berhenti menjabati
ratuku ?
Kembali ku rapalkan sebuah
mantra supaya aku percaya ini benar-benar terjadi.
“aku tanpa kamu bukan aku. Kamu
tanpa aku tetap kamu”
Bangku itu masih kosong.
Mantraku membuatku percaya. Aku kehilangan sesuatu yang bahkan tak pernah
kumiliki kamu.
… cerita ini sudah selesai.
Selamat malam
19
Apr 2015
Edc
: Jangan menangis, Ratu… aku bukan tisu
Aku memeluk boneka beruang
milikmu. Beruang yang ku culik begitu saja dari lemarimu. Dan seakan kau tau
akulah penculiknya, kau tak mencari benda itu lagi.
Seperti aroma nikotin yang
membuatku ketergantungan.
Tak ingin lepas. Boneka beruang
itu ber-aroma parfummu.
Barangkali kau berikan boneka
itu sebagai penjaga tidurku. Menggantikan posisimu sebelumnya.
Tapi hati ini akan ku kembalikan
boneka beruangmu.
Aku dan tidurku akan baik-baik
saja. Aku punya dingin malam yang menyelimuti secara otomatis.
Aku punya si bulan pucat yang
tetap tersenyum saat aku menangis.
Aku punya bayangmu yang
menceritakan dongeng-dongeng kita, sampai aku terlelap.
Malam itu aku mengendap seperti
pencuri. Bulan mengintip dari celah jendela. Gemetar. Takut aku tertangkap
basah.
Bintang-bintang mengolok aku tak
punya keberanian.
Hanya untuk bilang “Selamat malam”
Kamu tidur dengan posisi wajahmu
tertutup bantal.
Jari-jarimu mencengkeram ujung
sarung bantalnya.
Aku tau, kamu pasti usai
menangis, meskipun cara menangismu berbeda. Sudah kubilang jika aku bisa tau
kau tidur dengan keadaan seperti apa dari raut wajahmu saja.
Aku melangkah mendekat. Berusaha
tak bersuara. Bahkan seperti jarum jatuh.
Ku letakkan
boneka itu di sampingmu. Kau tidur seperti sebuah arca porselen berlapu kaca.
Tak bisa ku sentuh karena tabir, atau di goncang sedikit bisa pecah, rapuh
sekali.
“Selamat malam, Ratu.. jangan
menangis lagi, jangan galau lagi”.
Boneka beruang biru itu sudah
duduk manis di sampingmu, ia protes padaku. Kenapa meninggalkanmu saat menangis
seperti ini.
Aku melangkah keluar, menatap
langit, semuanya protes. Bintang, bulan, langit dan seisi galaksi.
Mereka berencana menghujaniku
meteor, entah kapan.
Membumi hanguskan si brengsek
sialan.
Supaya saat kau terbangun nanti,
si beruang biru itu mengecupmu di kening. Jatuh di pelukanmu dengan manja. Dan
aku akan jadi latar (Di panggung theatermu) yang tak perlu di ajak bicara.
Ratu kah ?
Edc
: bersandar di bahu raja
Singgasana
mewah posisi istimewa yang mereka kira bahagia. Ratu dengan gaun mewah, cantik
rupawan tersenyum bersahaja. Hanya pajangan semata. Ratu kah itu ? pantaskah
bergelar Ratu ? atau hanya seorang selir yang bergelar Ratu, lebih tepatnya di
pinjami gelar Ratu.
Ratu
itu harus bersifat seperti air mendinginkan, menenangkan, menyejukkan. Tapi
ratu ini hanya setimba air yang di beri tanggung jawab memadamkan segunung api.
Terbang dengan sayap naga jika ada petir hanya berani berlindung di balik
tameng. Terombang-ambing tiupan angin, dimanakah Raja saat itu ? dia bener
pencipta senyum alasan tawa seorang Ratu (?) tapi raja.. tidak akan
menggetarkan bumi demi mencari permaisurinya. Permaisuri khayalan yang di
nyatakan dalam rupa ratu.
Kerajaan
ini begitu kejam, gelap bahkan ratu takut jika menginjak kerajaan ini.
Sebenarnya di kerajaan kesejatian seorang ratu di tunjukkan tapi ratu palsu ini
hanya bisa menghilang dan meminta cahaya padanya, menangis seperti anak kecil.
Bukan salah Raja jika Raja ingin mencari permaisuri sejatinya dan segera
menendang Ratu dari kerajaan ini.
Raja
memang selalu berkharisma, berjalan anggun penuh wibawa setiap geriknya
membekukan hati para gadis kerajaan. Pesonanya menghentikan waktu sehingga
semua gadis kerajaan bisa memandangnya lebih leluasa. Jika dalam dongeng Raja
akan menggandeng Ratu dan mereka akan pamer kemesraan di antara para gadis
kerajaan, tapi Raja ini lucu ketika ada gadis kerajaan, Ratu adalah patung.
Raja menebar senyum seantero
kerajaan senyum khas raja yang dapat di nikmati oleh seluruh penghuni kerajaan,
senyum yang sama di berikan kepada Ratu.
“my lord, mohon izin. Secanggih apapun roket yang di ciptakan
para ilmuan untuk menuju kebintangan pada akhirnya akan kembali dengan tangan
kosong, bintang tetaplah bintang, debu angkasa yang bercahaya akibat pantulan
sinar matahari dan bulan. Keindahan bintang hanya bisa di nikmati tidak untuk
di miliki karna bintang sahabat bulan” carcau sang ratu menengadah kearah
bintang.
Suasana malam
yang sangat cerah. Lagi Raja hanya bisa tertawa sekan lontaran sang Ratu hanya
gurauan semata. Bagaimana lagi Ratu di sini hanya sebuah boneka pengganti
sementara permaisuri raja yang amat di inginkan raja duduk di singgasana
bersamanya.
Cepat
atau lambat Ratu harus melepas mahkota dan meninggalkan tahta. Bila saatnya
tiba mantan ratu akan berdiri di tengah-tengah gadis kerajaan dan memandang
takjub sang Raja menggandeng mesra Ratu asli. Dan di situ rasa bahagia mulai di
pertanyakan. Bintang boleh di nikmati tapi tidak boleh di miliki karna bulan
membutuhkan bintang.
Perindu Surga
Di belakangmu
19
Apr 2015
Edc
: keajaiban sore ini
Waktu…
Aku boleh minta sesuatu ?
Bolehkah kumiliki sayapmu supaya kamu tidak bisa terbang
cepat lagi ?
Kamu berjalan pelan saja.. sedikit demi sedikit. Momentum
demi momentum.
Kamu berlari terlalu cepat. Rasanya baru kemarin aku
bertemu, tapi kenapa sekarang harus belajar melepaskan ?
Oh.. baiklah. Kepadamu, aku hanya ingin mengakui satu hal.
Aku selalu suka berjalan di belakangnya.
Merasakan getar langkahnya yang tak bersama-sama sekali.
Tatapan matanya akhir-akhir ini kosong. Datar. Tak ada lagi yang di gambarkan
di manik matanya selain teluk yang kebanyakan zat kapur. Aliran yang sudah
berhenti dan mati. Menggenang.
Sedangkan aku bukan partikel yang bisa menyedot kapur di
dalamnya.
Aku hanya berdiri pada bingkai telaganya tanpa bisa berbuat
apa-apa. Sudah kupastikan, cepat atau lambat jika terus seperti ini, aku juga
ikut mati,
Aku selalu suka berjalan di belakangnya.
Mensejajari bayangannya yang berontak berbeda dari wujud
asli pemiliknya.
Kali ini langkah kita ringan sekali. Di buat ringan,
sebenarnya sangat berat untuk berjalan sejajar lagi.
Aku rindu guyonanmu, tangan jahilmu yang menekan pundakku,
atau rangkulanmu yang justru mencekik leherku.
Aku merindukan itu semua. Tapi sore ini, sebuah keajaiban
sudah datang. Sepersekian detik, aku berjalan lagi di belakangmu. Menemani
bayanganmu. Meskipun tidak bisa lagi mendengar suaramu. Tidak perlu di rasakan
lagi tangan jahil atau rangkulanmu.
Aku sudah menyimpannya. Dengan sangat baik dan rapi.
Kupu-kupu kertas
Edc : di tahta anarki sendiri
Ruang kerja 10x10 meter tempat bisu
yang menyimpan cerita bisu, tempat di mana Ratu bisa leluasa mengamati Raja
yang tenggelam dalam keseriusan urusan kerajaan. Meskipun hanya menjadi patung
di acuhkan. Ratu hanya bisa berimajinasi menghadap kearah taman, bercerita
lewat sinyal khayalan pada bunga.
Tugas Ratu hanya satu menemani
Raja, duduk di tahta berdua berbincang urusan kerajaan, lalu di manakah letak
asmara ? kisah cinta yang di dambakan para rakyat sebenarnya hanya isapan
jempol semata. Jika malam menyapa andaikan raja tahu, Ratu duduk di taman sendiri
menghadap kearah jendela besar, hanya mengamati keseriusan raja dan raja akan
terlihat tampan, di tambah pantulan sinar bulan dan terangnya lampu ruangan.
Senyum merkah itu di nikmati ratu dalam diam.
Jas hitam yang menambah kesan
kewibawaannya mengantung merana di kursi, di tinggalkan begitu saja kebisaan
buruk raja. Jas hitam itu saksi bisu hinggapnya kupu-kupu kertas di meja raja.
Dan raja akan mengira mainan pangeran yang tertinggal. Terus seperti itu, tapi
kupu-kupu kertas tak pernah lelah hinggap di meja kerja Raja. Hingga raja kesal
tapi tetap di simpannya kupu-kupu kertas itu di laci.
“my lord apapun yang terjadi
pemberian adalan award yang tak terduga dan award yang langka, award penuh arti
kasih sayang” begitu kata asisten Raja setiap kali raja ingin membuang lembaran
kupu-kupu kertas yang sekarang ini sudah memenuhi lacinya. Raja juga terpaksa
memindahkan dokumen-dokumen yang semula di laci, karna laci itu harus di
khususukan untuk kupu-kupu kertas.
“Kevin siapa yang sudah berani
masuk ke ruang kerjaku dan menaruh sampah-sampah ini ?” murka raja.
“menurut anda my lord, siapa yang
berwewenang masuk ke ruangan selain anda, saya dan..” ucapan Kevin mengantung
meminta raja unutk menebak ,raja tampak berfikir.
“Ratu” jawab raja ragu
“Benar sekali my lord, my lady yang
melakukan ini semua” jawab Kevin semangat.
“untuk apa dan dimana my lady
berada sekarang ?”
“di taman menghadap kemari sambil
bermain hujan” Kevin menunjuk kearah taman, di mana sang ratu sudah basah kuyup
dengan gaun indahnya, rambut sepinggang terurai basah jatuh di punggung ratu.
Ratu tertawa bahagia di antara bunga-bunga.
Tanpa pikir panjang raja melompat
keluar jendela , berlari di antara hujan lalu memeluk sang ratu dari belakang.
Pelukan penuh kerinduan (?) mengecup lembut pipi ratu penuh cinta (?)
“kenapa kau lakukan itu padaku ?”
Tanya raja mesra (?)
“apa ?” ujar ratu dengan raut wajah
penasaran.
“Kupu-kupu kertas itu ?” Tanya raja
dengan mesranya lagi (?)
“ooh, baginda tidak suka ?” pesimis
ratu.
“bukan begitu tuan putri, hanya
saja kekasihmu ini tidak tahu makna tersirat dari kupu-kupu kertas itu” tutur
raja manis.
“sederhana saja, kupu-kupu
menghisap nektar dari putik dan benang sari menyatukan mereka menjadi satu”
Jawab ratu.
“kau selalu bisa membuatku
tertawa” raja terpingkal-pingkal. Tangan jailnya menggelitiki ratu. Sepasang
kekasih itu bermain kejar-kejaran seperti anak kecil, bermain hujan asmara.
Hujan benar romantis.
Kevin
menikmati pemandangan indah langka kerajaan ini, dari balik kaca ruang kerja
junjungannya. Hatinya ikut berbunga keharmonisan dan romantisme kisah cinta
mereka bukan isue belaka. Karna mereka nyata dan asmara mereka nyata.
“dimana
my lord ?” Tanya hans yang langsung masuk ?
“ada
apa ? jangan ganggu !! my lord sedang berbahagia dengan my lady” Kevin
mengingatkan hans, mata biru Kevin tak berhenti menatap sepasang kekasih di
bawah sihir cinta hujan.
“ada
rapat dengan kedutaan besar Amerika, dan rapat ini sangat penting. Sebenarnya
aku juga tidak mau merusak suasana romantic ini, tapi bagaimana lagi ? ini
tugas !!” ujar hans. Kevin kecewa, kisah romantic ini di pause paksa dengan
tugas kerajaan.
Hans ragu mendekati raja,
bagaimanapun juga dia tidak ingin mengganggu nuansa romantic ini. Hans
memberanikan diri mendekati junjungannya.
“permisi my lord, maaf mengganggu”
ujar hans sungkan.
“ada apa ?” sinis raja karna hans
dengan lancang mengganggu suasana romantisnya (?)
“ada rapat dengan kedutaan besar Amerika”
ujar hans
“ooh, aku hampir lupa. Persiapkan
berkasnya sekarang, aku segera bersiap” raja pergi meninggalkan ratu sendiri
tanpa berpamitan. Kata-kata manis yang sedari tadi di lontarkan seolah tak lagi
bermakna. Raja pergi seolah tidak ada ratu di sana, benar hanya ada jasad. Ratu
tetaplah pajangan istana begitu seterusnya (?)
Malaikat berdarah
dingin
Cermin
20 Apr 2015
Edc : Menyatu lagi
Malam perlahan naik, seharusnya semakin indah, tapi orang-orang yang tidak
bisa merasakan sentuhannya memilih beranjak, pulang.
Café mulai sepi, beberapa lampu terang di matikan, berganti lampu kuning
temaram bernuansa lembut, aku lebih suka ini, yang ini lebih romantic.
Tersisa tiga orang saja di sini masing-masing menghadap secangkir kopi.
Aku yang duduk sendiri dengan black coffe, seorang lelaki yang duduk sendiri
berjarak dua meja dariku, dan kamu, yang duduk di kursi favoritmu dari dulu, di
sebelah jendela kaca, menumu tetap sama, roti fla dan cappuccino hangat.
Tatapanmu kosong, lurus ke jendela, entah berlabuh kemana, tubuhmu kaku,
seperti khusyu’ orang sembahyang, sedari tadi aku mengamatimu..,
Seorang lelaki yang duduk sendiri pun menjadi tameng buatku, bahkan untuk
menatapmu saja aku harus curi-curi dan sembunyi.
Menit-menit berlalu.. hening.
Lelaki itu beranjak, meninggalkan tempat, tersisa kita berdua. Sial !
kenapa dia harus pergi ? aku salah tingkah dapat menikmati café ini lagi,
bersamamu, ya, hanya bersamamu, meskipun posisiku jelas berbeda, dulu di
hadapanmu, tapi sekarang berjarak 4 bangku.
Music berputar semakin mellow, aura aneh membungkus, membungkam,
membekukan.
Aku mengetuk-ngetukan jari di meja, satu kebiasaan kita dulu di café ini,
bersama membuat alunan ritmis lirih di atas meja kayu.
Kau menatapku,nanar…
Kau ketukkan jarimu, lirih, tapi bersahutan, seolah irama hati yang minta
kembali tapi tabu soal arti.
Irama kecil itu seperti meluruhkan music mellow.
Kita saling berpandangan, mengetuk-ngetukkan jari diatas meja. Seperti
benda berbaku cermin yang saling menemukan bayangannya.
Waktu..,
Ternyata aku tak pernah bisa melihatnya seperti sebuah batu tanpa dimensi
baru,dia tetaplah sebuah cermin, tetap cermin.
Dan sampai saat ini ia tetap cermin ! ada aku disana…
..ketukan ritmis berhenti. Magis.
Malaikat tanpa darah
Pemberontakan Sang Ratu
Edc : Rahasiamu terungkap Raja
Ratu hanya bahasa
halus dari robot. Coba kau bayangkan, ratu harus anggun padahal tipuan,
kerajaan di pandang indah jika sang ratu terlihat cantik. Meskipun dengan
seribu dayang, tanggung jawab ratu tidak akan berkurang.
Ratu hanya seorang
manusia biasa yang “beruntung”, ratu juga berhak bosan dan bad mood. Tapi jika
sang ratu mengeluarkan satu saja tanduknya, entahlah apa yang terjadi, ratu
akan di salahkan. Bukan sifat yang pantas untuk di miliki ratu. Ratu juga
kadang bosan dengan gemerlap kemewahannya padahal dia hanya ratu tittle bukan
ratu sesungguhnya.
Dan hari ini ratu di
titik kebosanannya, tugas kerajaan yang seharusnya di diskusikan berdua dengan
raja di hempaskan begitu saja di meja. Ratu menuju kandang kuda dan memilih
thunder kuda terbaik sebagai sarana kabur dari istana. Meski sebenarnya ratu
tak tahu cara mengendalikan thunder.
Ratu berhasil kabur
dari kerajaan, berjalan-jalan di luar kerajaan tanpa body guard dan pengawalan
ketat. Ratu menikmati kebebasannya . tapi kesenangan itu tak bertahan lama,
utusan kerajaan berhasil membawa paksa ratu kembali ke istana.
Ratu berada di ruang
sidang, di hadapannya berdiri seram para jajaran, jaksa dan tak lupa sang raja
dengan tampang marahnya. Kenapa perilaku kepada ratu begitu kasar ? meskipun
hanya tittle, bukankah wanita di balut gaun cantik itu adalah junjungannya ?
pemegang kekuasaan ?
Hukuman yang di
jatuhkan kepada ratu begitu berat. Ratu di asingkan di kasti kerajaan. Oh,
dimanakah hati nurani mereka ? dia ratu ! bukan Cinderella atau bawang putih !
dia manusia yang ingin menjadi dirinya sendiri tanpa tuntutan dan peraturan
ketat kerajaan. Dia bebas meminta dan memerintah tapi dia tidak bebas atas
dirinya sendiri.
Dimanakah raja saat
ini ? seharusnya dia melakukan pembelaan bukan hanya diam di kursi sidang. Dan
memarahi permata kerajaan atas hal bodoh yang dia lakukan. Seharusnya raja di
sini ! membesuknya walau hanya sebentar bagaimanapun juga dia yang mendampingi
raja di tahta.
Dari awal masa hukuman hingga masa habis, raja tidak sekalipun menengoknya
bahkan sekedar menanyakan kabar.
Hari ini ratu
kembali ke istana, semua memasang wajah manis pada ratu. Seorang yang
dirindukannya duduk di tahta sendiri, raja merentangkan tangannya isyarat agar
ratu memeluknya. Ratu dalam dekapan raja tapi tak di dengar alunan jantung
berdegub kencang beritme rindu.
“kau tahu kekasihku,
tahta ini sepi tanpa hadirmu di sisiku” bisik raja mesra di telinga ratu. Benar
dia raja, julukannya yang tepat untuk seorang yang kini mendekap ratu adalah
raja gombal. Raja termanis, dengan tutur dan tingkah laku bak romeo berhati
buaya.
White devil
Aspirin
20 Apr 2015
Edc : Menunggumu
Kata dee..
“jingga di bahuku”
Aku sengaja duduk di
sini. Mengamati senja sendirian. Mengingat-ingat apa saja yang pernah kau
bicarakan disini denganku.
Aku sengaja
mengorbankan makan malamku untuk menunggumu, aku tau aku bodoh, bisa jadi nanti
malam mag ku kambuh dan tak ada kau yang akan jadi aspirin.
Aku menunggumu cukup
lama. Berkali-kali menengok ke setapak sana dimana biasanya kau pulang.
Seluet tubuhmu
seperti memori gambar terfavorit untuk otakku. Aku mengenalnya ? sangat. Aku
merindukannya ? tentu saja.
Aku beranjak dari
batu yang kududuki. Menghiraukan debar ombak, tiupan angin. Aku hanya ingin
terfokus pada ketukan langkahmu yang tak berirama.
Kupegang sebatang
coklat di tangan kananku, erat. Kau mendekat , wajahmu pucat, pipimu semakin
tirus, tatapan matamu lagi-lagi lurus, datar.
Mataku nanar
menatap.
Aku tau kamu sakit,
tapi apa aspirinnya ? apa ?!
Kamu bukan aku yang
saat terjatuh sakit kau-lah aspirinnya ! cepat sekali langkahmu melewatiku.
Siluetmu menjauh. Kupasrahkan angin untuk memelukmu.
Debur ombak
sepanjang urat pantai yang menemanimu.
Jingga
menenangkanmu.
Siluetmu menjauh,
lewat di hadapanku begitu saja. Seakan aku melebur bersama pasir pantai dan
tiada.
Sayup-sayup ku
dengar lagu Bondan fade 2black
“Saat ku terjatuh
kau adalah aspirin”
Mencoba menuntunmu
agar tak jatuh di dalam track kau catatan terindah di dalam teks..
Sepotong kue
Edc : Mengharapkanmu
Aku masih bangun
malam ini.
Menantimu.
Ada banyak kata yang
tertelan, banyak sekali yang ingin ku bicarakan. Tapi rasanya aku ini lumpuh,
kau yang melumpuhkan.
Lama sekali aku menantimu,
sampai akhirnya kau datang. Membawa semangkuk kue coklat kesukaanmu.
Kita punya satu
kebiasaan lagi selain mengetukkan jari di atas meja.
Berbagi, ya,
berbagi.
Entah ini syndrome
apa ,setiap aku memiliki sesuatu, yang ku ingat adalah kamu, berharap dapat
merasakan kebahagiaan yang sama dengan sekecil apa yang kita punya.
“mau kue coklat ?”
tawarmu, suaramu terdengar gugup.
“maaf, tidak”.
Ujarku pendek, singkat.
Kau kembali, langkah
kakimu terseret.
Kita seperti
stalagmite dan stalagtit dalam ruang gua.
Bertemu pada satu
titik dari presepsi yang berbeda.
Seperti bayangan dan
cermin, entah seperti apa lagi yang bisa di gunakan, kata apa yang sebenarnya
tepat.
Perutku keroncongan,
anak hondaku protes kenapa tidak menerima kue coklatmu.
Tak ada yang
kuharapkan malam ini selain kamu tidur dengan indah. Tidak menutup wajah dengan
bantal.
Aku menunggumu,
mengintip di balik jendela.
Hanya sekedar
memastikan kau dapat tidur dengan indah.
Khayalan tingkat tinggi
Edc : Raja membosankan
Terik matahari siang
membakar dunia dengan kehangatannya. Jam makan siang sangat di nikmati para
rakyat seolah hal ini adalah hal yang langka. Begitupun juga junjungan kerajaan
ini sang ratu menanti sendiri sang raja di ruang makan, makanan sudah terhidang
hanya menunggu raja datang. Padahal perut wanita no 1 di kerajaan ini sudah
memberontak. Raja di manakah perasaanmu ? untuk hal sekecil ini kau tidak
peduli ?
Pintu besar itu terbuka, raja
berjalan dengan wibawa duduk di kursi utama, pelayan mulai mengisi piring
kosong itu dengan makanan.
“Selamat makan my lord and my
lady” ujar para pelayan serentak sambil menunduk hormat.
“habiskan makananmu ratuku,
jangan sampai kau jatuh sakit, karna jika kau sakit aku orang pertama yang
merasa bersalah, karna tidak bisa menjaga dirimu dengan baik” ujar raja sebelum
mereka makan suapan sendok pertama.
“seharusnya baginda memimpin
do’a bukan berpidato” tegur ratu, pipinya memerah tidak bisa di pungkiri raja
begitu perhatian kepadanya, raja lantas tertawa renyah menyadari kesalahannya.
“kenapa tidak kau habiskan sayang
?” apa makanannya kurang enak ? kita bisa makan di luar” omel raja saat melihat
ratu menyudahi suapannya.
“tidak aku sudah kenyang” tolak
ratu halus
“aku tahu caranya” raja mengambil alih piring ratu
“buka mulut mu sayang” raja menyodorkan sesendok nasi, mau tak mau ratu
harus membuka mulutnya. Raja menyuapi ratu hingga nasi di piring ratu habis,
dengan penuh kasih sayang raja melakukannya.
“my lady.. my lady..my lady..” suara itu membangunkan ratu dari lamunan.
Kursi di sampingnya sedari tadi kosong ternyata.., jadi tadi hanya halusinasi ?
segitu merindukah dia pada rajanya ?
“my lady saya mohon izin menyampaikan pesan dari my lord. Beliau hari ini
tidak pulang, my lady, my lord ingin my lady tetap di istana” ujar sam penuh
hormat.
“aku tidak selera makan” ratu membanting sendok dan pergi.
Iblis merana
Raja dengan selirnya
dan Ratu dengan ksatrinya
Edc : melukis wajah Raja dalam ruang rindu
Wanita itu akhir-akhir ini sering berada di istana, nona yang anggun,
kaki kecil putih dan mulus, rambut coklat sebahu, bermata biru penuh ceria,
segorot senyum tipis dan hidung yang nyaris indah. Sudah bisa di tebak nona itu
betapa sempurnanya ? nona yang sekarang bergelayut mesra di lengan raja, di
taman istana berbincang berdua. Ratu hanya bisa mematung di menara menyaksikan
pemandangan manis, menjadi pengamat cerita raja dan nona. Yang hanya bisa di
lakukan oleh wanita no 1 kerajaan tiada lagi selain berharap, bila di izinkan
atau memilih, ratu ingin menjadi selir tapi mendapat seluruh hati raja dari
pada ratu tapi di acuhkan nafasnya tak pernah di anggap ada oleh raja.
“mohon izin my lord, saya hanya mengingatkan bahwa sekarang saatnya
vestifal wushu di gelora kerajaan” Kevin mengingatkan dengan hormat.
“apa aku boleh ikut ?” Tanya nona itu manja, jih
“maafkan aku nona manis, acara ini acara kerajaan, aku harus hadir dengan
ratu, apa kata rakyat jika aku hadir dengan wanita lain ?” tutur raja lembut.
“kau selalu mendengarkan kata rakyat” cibir nona, bibir pink milik nona
itu mengerucut.
“jangan pasang topeng seperti itu, aku sangat tidak suka. Mengertilah
posisiku” mohon raja, bahkan raja yang keras kepala berani memohon di hadapan
nona. Sebenarnya nona itu memakai mantra apa ? mantra pemikat cinta ashima dan
ahei (?) legenda cerita china kuno.
“baiklah, aku pulang” nona itu lumer dalam rayuan abal-abal raja
“hati-hati di jalan nona (?)” pesan raja
Kedatangan raja dan ratu menambah suasana meriah vestifal ini. Di tribun
khusus raja dan ratu duduk berdua di singasana menikmati para anggota wushu
mempraktikan keahliannya. Raja terlibat perbincangan asyik dengan para pemain
pedang, ratu terkesima dari satu dari mereka, si kecil ber alis tebal, berambut
ikal, wajah lonjong dan hidung mancung.
Para peserta vestifal di undang raja untuk makan malam bersama sebagai
ucapan terima kasih , tak terkecuali si ksatria pedang. Ratu terlibat
perbincangan seru dengan ksatria pedang, yaa hanya mereka berdua.
“ku lihat kau cepat akrab dengan anak china itu ?” Tanya raja, mereka
kini di ruang privasi mereka, acara makan malam telah usai menjadi makan malam
terindah untuk ratu.
“wu yi fan, dia punya nama baginda. Dan aku memanggilnya ksatria pedang”
ucapan ratu penuh kekaguman. Raja menatap ratu lekat
“ingat kedudukanmu sebagai ratu”
“kita impas baginda, anda dengan selir anda dan aku dengan ksatria ku”
tegas ratu.
“ini titah !! jauhi ksatriamu !!” tegas raja
“baginda cemburu ?” Tanya ratu dengan polos,
raut wajah raja saat itu tidak bisa di baca, entah arti dari sinar mata itu,
sosok misterius yang berhasil mengobrak-abrik hati ratu. Raja meninggalkan
tempat privasi itu dan menuju ruang kerjanya. Andaikan raja tahu bagaimana
hatinya tersiram lara saat nona itu berada di dekat raja. Semua terangkum dalam
kata “andaikan” tak ada keberanian untuk mengatakan kecemburuan di hatinya.
Karna ratu takut raja pergi, bisa mencintainya saja sudah cukup untuk ratu.
Vampire
Aku dan bintang jatuh
Edc : Menunggumu (2)
Aku belum menyerah.
Cinderella sudah
pulang sejak 10 menit lalu, tapi kenapa kau belum ?
Aku menunggumu, tau
! di pinggir pantai, di atas batu, di hadapan deburan ombak.
Aku menunggumu sejak
senja, sekedar ingin memastikan kau baik-baik saja.
Kau berjalan di
pinggir pantai, langkahmu menyisakan jejak-jejak di pasir halusnya, wajahmu
indah di timpa cahaya lampu seadanya.
Langkahmu cepat,
menunduk, seakan ingin cepat selesai meyusuri pantai tempat jejak-jejak kita
tersimpan.
Dan ketika tepat kau
lewat di hadapanku, langkahmu semakin cepat.
Seperti bintang
jatuh.
Ya,, seperti indah
lesatannya.
Gerakmu tidak pernah
pasti, tapi barangkali kau ingin sendiri ? baiklah. Tapi sampai kapan ?
Namaku pasti
tertulis sebagai manusia paling menyebalkan yang pernah kamu kenal dengan
“baik”. Baiklah aku akan lenyap, menjadi butiran pasir yang tetap kau sapa
meskipun sebenanya kau benci.
Seharusnya aku sadar
dari dulu. Bahwa cerita ini sudah selesai, tinggal dongeng lama yang pasti akan
ku baca sebelum tidur.
Kau tak akan
membacanya, kan ?
Lupakan misi, mimpi,
dan tentang bintang. Aku tidak akan menunggumu lagi, mencarimu atau mengendap
hanya untuk melihat kau akan baik-baik saja.
“sudah saatnya
aliran menggenang ini memecah dua supaya bisa mengalir lagi”.
Diigo..
Patio yang merana
Edc : Ingin bersama Raja selalu
Ruangan itu kini merana insiden
tempo lalu menggosongkan patio tempat privasi raja dan ratu, patio itu tak lagi
memancarkan keindahannya, karna sang tokoh tak lagi saling berbagi. Patio
mencoba menarik kembali sang tokoh dengan bau harumnya, menyatukan kaca retak
memang tak mudah, serpihan-serpihannya tak lagi sempurna.
Raja yang nyaman dengan
selirnya, ratu yang tenang bersama ksatria, ksatria yang membawa kenyamanan
bagi ratu yang siap menjaga ratu meski tanpa body guard. Ksatria yang siap
dengan pedangnya hanya untuk ratu, meski ini tidak boleh tapi raja yang
memulainya.
Meski sesekali ratu mengunjungi
patio tapi tak pernah tampak raja, bisikan rindu patio tak sampai di telinga
raja. Mungkin raja telah menutup semua tentang ratu. Patio tak lagi mengukir
cerita karna hanya satu tokoh yang merindu.
Ksatria pedang telah pulang ke
negri asalnya meninggalkan kisah manis di kerajaan ini. Ratu benar sendiri,
patio harus menerima nasibnya merekam kisah-kisah pilu ratu bukan lagi kisah
bahagia bersama raja karna raja telah lama menghilang dari patio memudakan
dirinya sendiri dalam kenangan patio.
Raja memang sering melewati
patio ini untuk menuju ruang kerjanya, tapi raja enggan menyinggahkan diri
walau hanya semenit. Mata indah itu tak lagi melirik patio, bahkan 100% raja
tidak tahu bahwa sang ratu duduk di sana. Hingga senja mempertumakan mereka di
patio, biasanya mengunci tatapan mereka, hangatnya menjadikan mereka seperti
patung. Tapi harapan patio untuk kisah mereka sirna seiring sinarnya senja.
Raja melanjutkan langkahnya ke ruang kerja meninggalkan ratu yang tetap
mematung di patio. Ratu pun juga ikut pergi meningglkan patio, entah sampai
kapan patio yang indah ini tertutup tirai emas bernama kenangan.
Serpihan kaca
Tertawa lagi…?
Edc : Alunan ritme rindumu
Wow ? ada apa pagi ini ???
langit masih gelap mentari masih enggan untuk bertugas. Para pelayan istana
masih terlelap di pemukiman mereka. Raja sudah bangun dengan ceria mengalahkan
ceria pagi yang masih enggan bertugas, dengan semangat diluar kebiasaan. Raja
menarik ratu yang masih ingin bermain di alam mimpi. Dengan mata yang sangat
sulit untuk di buka, secara suka rela ratu mengikuti kemanapun arah raja.
Udara dingin menjelang pagi raja
mengajak ratu berkuda karna ratu belum sepenuhnya sadar dari alam mimpi, dengan
sangat ceria raja membopong ratu. Seperti jookie dengan penumpangnya.
“kita mau kemana baginda ?”
Tanya ratu bersuara khas bangun tidur.
“nanti kau pasti suka” wajah
tampan itu tersenyum penuh cahaya .
Mereka berhenti di tanah lapang.
Kali ini pasangan itu benar-benar berdua tanpa kawalan body guard atau prajurit
lainnya.
“sebentar lagi sunrise” bisik
raja menghempaskan diri sembarangan beralaskan rumputan hijau. Raja yang
biasanya tampil berwibawa dengan setelan jas dan baju-baju kerajaan yang mewah
pagi ini hanya menggunakan piama merah senda dengan piama yang di kenakan ratu.
Ratu berbaring di samping raja, tangan kekar itu melingkar mendekap ratu.
“10…9…8…7…6…5…4..3..2…1”
pasangan itu menghitung mundur mengiringi matahari terbit menuju tempat
peradabannya.
“selamat pagi ratuku” bisik raja
setelah itu kecupan manis di kening ratu, ini bukan mimpi atau imajinasi ratu
seperti biasanya. Ini nyata. Nice
Chung-chung
FROZEN
Edc : Ketika Al-ay Tanya “kapan tokoh AKU bahagia ?”
Kadang aku
bertanya-tanya aku ini manusia macam apa ?
Bukankah aku sudah
pernah bilang bahwa aku tak akan merindukanmu lagi ? menunggu sesuatu yang
tidak pasti.
Tapi kenapa
langkahku menuju kesini ?
Pada tepi pantai
yang sudah mati. Yang pernah hidup penuh dinamika. Duduk pada sebongkah batu
yang sebenarnya lebih pas untuk berdua, merasakan debur ombak ,angin, puisi.
Tiba-tiba aku merasa
aku tidak sendirian di sini.
Aroma parfum yang ku
kenal, gerak-gerik yang ku hafal.
Cara bersandarnya
yang dulu jadi sahabat untuk tubuhku.
Aku menoleh ke
samping, memastikan jika ini bukan mimpi.
Kau.
Kau bersandar di
sini lagi. Memainkan ricik air dengan ujung kaki, kau menatapku, tersenyum
lebar, hanya satu detik. Setelah itu tatapanmu lurus ke depan, membelah laut
dan menemukan pantai biru, jauh sekali.
Kau terdiam,
ekspresimu kaku, membosankan, aku tidak suka.
Aku terdiam, ingin
bilang banyak, menceritakan lelucon lagi supaya kau tertawa, supaya sunset dan
laut tidak perlu protes lagi.
“kenapa suka ngilang
akhir-akhir ini ?” itulah kata pertamaku setelah 20 menit kau duduk di sini.
“banyak urusan”
jawabmu pendek, datar. Aku tak pernah kenal KAU yang INI.
Kita sama-sama
terdiam, bisu. Tak tau harus apa, kenapa, bicara apa.
Kita sama-sama
diringkus BEKU, duduk di atas batu seperti duduk di lemari es besar.
Berlapis-lapis potongan es, di hujani salju, di apit bongkahan-bongkahannya.
Sampai darah membeku, tidak hidup, dan hati tak berfungsi.
Sebenarnya, siapa
diantara kita yang terkena sihir ratu Elsa ? siapa yang sebenarnya BEKU ?
Kamu.. atau Aku ??
Klise tentangmu
Edc : Kau
Sedang menonton film
sendiri di bioskop yang besar, film itu berputar menceritakan masa kecil tokoh
yang begitu konyol dan pertemuan singkat dengan sang raja. Di kehidupan ratu
kali ini tidak ada ksatria, ternyata dia hanya bayangan lewat, dia hanya
figuran dalam serial drama.
Sebetulnya ini bukan benar-benar
film tentang ratu tapi film ratu yang notabennya di bumbui raja. Di setiap
scence selalu ada siluet raja si jakung yang mempesona memberi warna lebih
indah. Andaikan permaisuri tidak di temukan lebih cepat, ratu pasti sangat
menikmati saat bahagia ini, menikmati tawa puas raja yang dulu jarang ada di
istana ini.
Setiap sudut ruangan di jelajahi
ratu dengan seksama. Menikmati atmosfir yang tak akan pernah dia rasakan lagi
di gantikan oleh ratu yang sesungguhnya. Dia ingat saat raja jatuh dari kuda
pertamanya, bukan hanya para gadis kerajaan yang menjerit histeris, ratu yang
saat itu masih berstatus menjadi putri mahkota. Apa yang bisa di lakukan putri
mahkota ? menyentuh saja tidak berhak.
Ketika permaisuri pergi, istana
terasa kosong. Dan manusia tampan di sebut raja berubah menjadi bongkahan es
kehilangan arah. Tapi dia actor yang hebat bisa menutupi semua kesepiannya.
Patio, singgasana,
ruang kerja, altar, taman dan semua tempat di istana ini memutar kembali film
tentang kehidupan ratu di istana yang dalam jangka waktu pendek tidak akan di
nikmati ratu lagi.
Akhirnya raja menjadi raja
dengan kisah cinta yang nyata, bukan ucap bibir semata. Ratu bahagia jika raja
dengan permaisuri bukan dengan salah satu dari gadis kerajaan.
“tetap di sini my lady” pinta
raja, seolah mereka tahu bahwa kisah cinta mereka akan berujung. Raja dan ratu
menikmat setiap detik kebersamaan mereka.
“bagaimana dengan permaisuri
baginda ?”
“kau bisa jadi putri mahkota dan
aku akan memasangkanmu dengan para pangeran di sini”
“hehehe tidak bisa my lord. Satu
keputusanku tetap pergi”
“kau mau menemui ksatriamu di
negrinya ?”
“aku tidak sebodoh itu, dia
hanya figuran dalam drama ku ini”
“semoga tetap aku peran utama
pria” harap raja
Malam ini tawa mereka memecah
indahnya malam. Raja memberi kesan terakhir yang sangat indah. Cerita di istana
ini semua tentang raja. Mereka berpelukan menutup malam.
Mahkota tanpa permata
Edc : #@%???
Aku bahkan tidak tau
semua kebekuan ini berawal dari mana.
Saat tiba-tiba kau
menghilang dan asyik sendiri, menjauhi tanpa alasan yang jelas, melenyapkan
yang dulu pernah ada.
Baiklah, mungkin
sudah saatnya ini semua resmi di akhiri.
Aku akan hilang,
kamu yang minta demikian, aku akan sendirian lagi, meskipun aku takut dengan
kesendirian.
Tidak ada pilihan,
harusnya aku mencintai kamu bukan karena takut sendiri, bukan karena apa-apa.
Hanya supaya kamu
bahagia, cerminku… itu sudah lebih dari cukup.
Aku berdiri disini,
tidak di pinggir pantai, bukan di atas batu.
Aku berdiri di depan
rumahmu,sekedar memberi ucapan terakhir, tak lebih.
Kali ini sebatang
coklatku tak ingin masuk saku lagi dengan sia-sia.
Pandanganku otomatis
mengarah pada bangku di ujung sana, sudut yang ku cari.
Aku menemukanmu,
cerminku…
Bersama orang lain,
seperti Raja dan Ratu pada singgasananya.
Satu langkah ke
depan.. seseorang di sampingmu tersenyum.
Dua langkah terus… kau
membalasnya dengan senyummu.
Aku ragu. Tidak !
ini kesempatan terakhir. Tidak akan terulang.
Langkah ke tiga dan
seterusnya sampai aku dapat berdiri di hadapanmu, tersenyum kecil memberikan
bunga untuk kamu malam ini, sebatang coklat yang dari kemarin ingin jadi
milikmu.
Kita tak bicara
apa-apa, tak perlu, semuanya bicara dengan jelas tanpa kata kias.
Seseorang di
sampingmu, aura kalian berdua.
Yang penuh tanda
Tanya adalah tatapan matamu, aku tidak bisa membacanya, kau tak pernah
menatapku begitu.
Ragu, akhirnya kau
menerima bunga & coklat dariku.
“maaf… aku tidak
pernah bilang”. Katamu sambil melirik ke samping dimana sosok di sampingnya
berduri tak mengerti.
Aku mengangguk
pelan, tersenyum, melangkah pergi.
Kamu tidak perlu
merasa tidak enak seperti itu. Kamu boleh dengan siapapun, cerminku… karena di
antara kita tidak ada apa-apa. hanya konsekuensi untuk saling menjaga.
Itu saja.
Kamu tidak perlu
menyembunyikan sosok maskulin itu, seharusnya kamu bilang, atau setidaknya aku
yang harus peka.
Aku tidak cemburu.
Hanya kecewa kenapa
tidak selalu ada untuk kamu.
Senyum yang tersembunyi
Edc : Di menara menatap bintang (Sendiri)
Drama tetaplah drama penuh
dengan kepalsuan, di atur sangat rinci sehingga tidak ketara jika mereka sedang
berlagak.
Episode-episode
terakhir yang menciptakan drama dengan ratu. Episode terakhir sudah di depan
mata. Sang ratu yang benar jatuh cinta pada raja. Bukan sekedar acting di
panggung teater tapi setulus hati. Episode yang kini menuai ujung.
Acara penyambutan di altar,
tempo dulu tempat yang dulu pertama kali ratu(palsu) bertemu raja. Altar tempat
suci di kerajaan ini di ingkari ratu dan raja dengan kisah cinta drama mereka.
Ratu(asli) memasuki
altar di gandeng mesra oleh raja. Bagaimana status ratu (palsu) saat ini ?
menjadi gadis kerajaan ? selir ? atau menjadi putri mahkota ?. ratu (palsu)
menginginkan suasana ini saat dimana raja menggandeng mesra dirinya bukan atas
dasar scenario.
Proses penyerahan mahkota,
sekuat hati ratu (palsu) memberikan mahkota permata yang kini di kepalanya ratu
(asli)
“jangan pernah pergi lagi my
lady, tanpamu raja bukan raja”
“terimakasih telah menjaga raja
ku selama ini nona”
“semua ini semata-mata karna
tugas my lady”
Ratu (asli) duduk berdua di
singgasana, mereka tertawa bahagia. Ini saatnya pergi bagi ratu (palsu). Dia
tak menginginkan menjadi selir, putri mahkota atau gadis kerajaan. Dia ingin
menjadi dirinya sendiri menuai bahagianya sendiri bukan di kerajaan ini. Cukup
di torehkan saja cintanya di sini tapi tidak untuk hidupnya.
Ratu pergi.
Sayap iblis
Dialog terakhir
Edc : bermain pisau
“kau benar pergi ?” Tanya raja
“tentu, apa lagi alasanku untuk
tetap di sini”
“bukankah kau mencintaiku ?”
Tanya raja
“benar, tapi teater kita sudah
selesai. Bisakah aku tahan tangisku melihat orang yang ku cintai tertawa
bahagia yang bukan denganku ?”~Raja diam~
“manusia kah aku ?” ~Raja diam
lagi~
“setidaknya mereka menganggapmu
ratu” bantah raja
“ratu apa ? malam nanti aku
menggelar pengumuman tentang berhentinya aku menjadi ratu”
“tidak akan tanpa se izinku”
desak raja
“sudah di kabulkan oleh jaksa”
~Raja diam~
Di patio ini saksi mereka
berbagi kasih, mereka tokoh merangkap menjadi sutradara. Di patio ini kisah
cinta di atas kertas di buat, patio saksi dialog di rancang. Patio di ibaratkan
back stage tempat pemain menjadi dirinya sendiri, patio juga seperti ruang
editor dan juga tempat orang di balik layar.
Sejatinya wanita ini iri, saat
dia kabur dia di asingkan. Dimana posisinya menjadi ratu tidak di anggap, dia
seperti rapunsel yang terkarung di kastil tapi dia tak punya rambut panjang.
Sedangkan ratu itu saat kembali ke istana di sambut dengan antusias, tidak
berlaku hukuman untuknya.
Bahkan saat ratu itu
kembali, raja menantinya dengan segenap rindu.
“kemana kau akan pergi ?” Tanya
raja memecah sunyi di antara mereka
“apa perlu ku beri tahu ?”
“agar aku bisa mengetahui
keadaanmu”
“tidak perlu, aku akan baik-baik
saja tanpamu”
“kalau gitu kau tak boleh pergi,
ini titah !!” tegas raja
“titah itu tidak berlaku untuk
ku karna mulai hari ini selain aku tidak lagi menjadi ratumu, aku juga tidak
menjadi rakyatmu” ~Raja diam~
Selain itu juga patio ini resmi
menjadi tempat kenangan, tirai itu harus di pasang hari ini. Mungkin raja akan
menghancurkan tempat ini, begitu setelah dia pergi.
“selamat tinggal my lord”
Raja mendekapnya, wanita itu
begitu rapuh dia menangis di bahu raja. Air matanya membasahi tuxedo putih
kesayangan raja. Raja hanya mendekapnya tanpa berkata apa-apa, pandangan pria
tampan itu kosong.
“raja bahagiakan ratu, kau tak
boleh punya selir, kau juga tak boleh lagi tersenyum pada gadis kerajaan. Jaga
hatinya , jangan lukai perasaannya. Maaf aku tidak bisa menghadiri acara pesta
selamat dating karna hari itu aku harus pergi” ujar wanita ini di tengah
tangisnya.
“kau diamlah !! kita bicara
lewat hati saja” ujar raja
“maafkan aku my lord, aku harus
segera pergi” wanita itu segera pergi dari patio ini. Raja masih mematung di
sana, dia sendiri tidak tahu apa yang dia fikirkan. Raja pergi dari patio kea
rah berlawanan dengan hati tak tentu.
(Tanpa nama)
Memorabilia
Edc : Seusai hujan
romantic
Aku ada di pantai
Tidak di atas batu. Tidak dengan kau yang bersandar pada bahuku.
Aku duduk begitu saja diantara batu karang yang bermunculan. Separuh
tubuhku terendam air pasang.
Sedari tadi wajah dan rambutku di hempas gelombang.
Jangan kira aku berpasrah ketika laut memilih memeluk pada gelap
rengkuhannya.
Aku hanya sedang ingin sendiri, menggosongkan seisi alam pikiran, supaya
beberapa menit ke depan, tak ada titik focus lain. Aku ingin menjajaki sebuah
perjalanan singkat.
…memorabilia…
Aku akan selalu ingat saat menemukanmu untuk pertama kali. Aku mencatat
setiap detik, menyimpan semua yang kamu beri, semua itu sayang untuk di buang.
Sebenarnya kamu juga sulit untuk di lepaskan, tapi kali ini aku percaya
pada seseorang tempat hatimu akan berlabuh dengan indah.
Hanya satu kalimat dalam bunga dan sebatang coklat. Aku hanya ingin
mengatakan sesuatu, mengakui hal yang sudah pasti terlambat untuk di katakan.
“aku mencintaimu, cerminku…”
Suara derap langkah memecah ombak yang kian pasang.
Aku kenal betul langkah itu adalah milikmu, tapi aku tak menoleh,
tatapanku lurus pada mentari yang menyuguhkan lukisan jingga sunset paling
magis.
Dalam satu kali sentakan, seseorang memelukku dari belakang, mengalungkan
tangan mungilnya pada leherku.
Orang itu adalah kau, aku nyaris tak percaya.
Pelukmu erat, kau jatuhkan wajahmu pada bahuku, menangis.
“kenapa baru kali
ini kamu bilang ?” tanyamu parau.
“seharusnya kamu
yang peka, kenapa menghilang ?” jawabku berbisik lirih.
“kamu sudah baca
surat dariku ?” kali ini aku memutar badan sekian derajat supaya bisa menatapmu.
Kamu mengangguk.
“kenapa harus
bingung ? pangeran maskulin itu mencintaimu, kan ?”
“tapi tidak seperti
kamu, kamu selalu tepat. Kamu mencintaiku dengan tepat”. Kali ini tatapanmu
tajam, seolah ingin meyakinkan padaku, bibirmu bergetar.
Tanganku halus memegang dua pipimu yang pucat. “selama ini, aku tidak
ingin mencintaimu dengan tepat. Hanya berusaha menerjemahkan & menjalaninya
sepenuh hati.
“Kamu tidak perlu berbohong, hati selalu tau
kemana harus berlabuh”.
Aku tersenyum, mengacak rambut pirang kemerahanmu yang mulai basah,
gerakan menyebalkan yang selalu kamu suka.
Ini sudah selesai.
Aku bangkit berdiri, tanganmu dengan cepat mencengkeram lenganku.
“kamu mau kemana ?
aku harus apa ?!”
“bicara jujur dengan
hati sendiri, tidak perlu bohong. Kamu kan yang mengajarkan aku tidak boleh
berbohong ?”
Kamu masih duduk, cengkeramanmu melonggar. Tertunduk semakin lemah,
seolah kamu mempertimbangkan hidup atau mati.
Aku sudah tahu nama yang akan kamu sebut, tentunya bukan si sosok
menyebalkan ini, aku melangkah pergi. Potretmu di hempas ombak menghadap jingga
laut, sebenarnya adalah magis terindah, tapi dengan keadaan seperti ini,
segalanya sirna.
Tubuhku basah kuyup, kini kakiku sudah menjejak pasir pantai, memeluk,
menyapa kembali jejakmu, jejakku di sini.
Aku pergi, cermin…
“jangan pergi !!” teriak seseorang, parau yang kukenal.
Aku menoleh kebelakang, kau menghambur memeluk.
Aku tak mengerti.
“kenapa aku tidak boleh pergi ?” kataku polos. “ bukan karena kamu takut
sendirian kan ?”
Kau tersenyum menatapku, menatapku dengan binar.
“aku mencintaimu” katamu lebih polos lagi.
Tersenyum jenaka.
Lenganku merengkuhmu, kita resmi berpelukan.
Diasana, laut, mentari, jingga, tak akan protes lagi.
Comments
Post a Comment