Aku hidup di dunia romantisme, semua yang aku dan speciesku lakukan penuh
dengan perasaan. Dunia yang terbiasa dengan jatuh hati, air mata haru, hingga
pisau yang menggores hati, setiap detik adalah imajinasi perluapan rasa dengan
logika kreatif. Kami berandai-andai tapi juga berfikir, kami percaya dengan
mitos-mitos cinta yang gila. Inilah duniaku, dunia bagi seorang pengelana
asmara. Dunia yang penuh teka-teki.
Aku menyukai malam, aku dan dia sudah menyatu layaknya sahabat, ketika
dia meneriakkan namaku dari cakrawala aku segera berlari ke halaman menatap
wajah langitnya dan kutemukan kerlip yang menggoda. Bintang, bagian yang paling
kusuka dari malam, aku suka menatap serpihak debu langit yang diberi kekuatan
tahan dapat bersinar terang berkedip lucu, aksesoris malam termanis.
Sudah ku bilang dunia kami penuh imajinasi, jangan pernah heran jika kau
diantara kami melihat-lihat beberapa orang duduk diam dan tersenyum penuh arti.
Mereka sedang bermeditasi dengan hati, dengans esajen secangkir cinta dan
beberapa kookies rindu yang dibungkus di kain putih harapan. Aku juga seperti
mereka, karna kami satu sel, aku diantara ilalang itu tak pernah berpindah
tempat bintang yang ada dibujur timur nomor 7 dari bulan, sinarnya paling
terang diantara milliaran serpihan kecil itu. Aku suka menatapnya, bercerita
padanya tentang diriku dan dunia ku hingga dia menghilang digantikan hangatnya
pagi.
Hujan datang mengguyur seanjang jalanan mala mini. Aku menerjang derasnya
tetesan tangis awan menuju padang ilalang demi melihat kerlip bintang. Aku
menatap langit nanar taka da satupun debu disana tersapu bersih oleh hujan,
langit yang biasanya terlihat cantik kini mengerikan. Aku tetap berdiri
menunggu hujan berhenti bercinta dengan tanaman, aku tak boleh egois, hujan
juga rindu tanaman layaknya aku merindukan bintangku. Aku merasa menjadi
manusia es seketika bintangku tak kunjung ada, apa dia hilang? Apa dia
berevolusi ke lapisan langit yang lain ?
Aku bukan si pendongeng lagi dunia romantisme semakin menua menuju planet
realita. Dan samai sekarang bintangku tetap bintangku. Kata legenda dibalik
bintang yang bersinar ada peri kecil didalamnya, itulah yang kun anti dari
bintangku, ketika dia jatuh peri itu akan muncul dan dia akan mencari ksatria
yang bisa mengembalikannya ke langit. Aku percaya itu.
5000 tahun sekali fenomena bintang jatuh dapat dilihat di dunia kami.
Inilah soalnya, aku sudah siap di padang ilalang lengkap dengan peralatan
penyambutan, aku siap mengabadikan moment kedatangannya. Di atas sana pasukan
meteor sudah siap menendang para bintang-bintang, aku tertawa kecil melihat
bintangku berkedip-kedip sepertinya dia ketakutan, tenaglah bintangku lihat
sinyalmu. Tak perlu menanti lama, inilah hujan bintang jatuh yang indah
berdurasi 1 menit 27 detik. Aku berhasil mengabadikannya, kini aku berlari
mencari lokasi jatuhnya lintangku. Bermodal radar cintaku untuknya kutemukan
dia yang masih terkurung di rasinya, benar peri itu ada dia cantik bersinar
layaknya bintang yang sering kulihat di atas sana.
Sudah kuracik roket untuk membawanya kembali ke peradaban asal aku akan
menjadi ksatrianya. Pertemuan singkatku dengan periku detik-detik penuh kasih,
nyatanya bukan hanya aku yang tak ingin mengakhiri pertemuan manis ini,
bintangku dia tak mau pergi.
“Kenapa ? apa roket ku kurang bagus ?” tanyaku
“tidak, aku jatuh dari langit membawa surat kuasa dari Tuhan bahwasanya
aku boleh tinggal disini menemani peter pan yang telah lama menanti tinkerbell
di atas sana”. Dia tersenyum penuh arti melumerkan hati ini, tanganku masih
digenggamnya hangat mengalir di setiap syarat ciptakan kedamaian dalam jiwa.
“You is tinkerbell, I am Peter Pan?”
“Right” Rasanya aku seerti punya sayap, kuajak dia terbang menuju realita
menghilang dari dunia romantisme. Dia tetap ada dan nyata. Tinker bell hidup
dari negri dongeng bersamaku akan kami taklukkan Neverland.
Comments
Post a Comment